Sebagian besar petani di Kulon Progo telah meletakkan capingnya dan menhakhiri aktivitas bercocok tanamnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia yang tak lagi muda.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo, jumlah petani di Bumi Binangun saat ini mencapai 139.785 orang. Kendati begitu, tak semuanya aktif.

"Rata-rata usianya sudah menyentuh angka 50 tahun ke atas, sehingga banyak yang kemudian berhenti," ungkap Kepala DPP Kulon Progo, Aris Nugraha, Rabu (23/10/2019).

Hal ini menjadi keprihatinan dan perhatian DPP Kulon Progo. Sebab, petani dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun di sisi lain, tak banyak yang berminat untuk menggeluti pekerjaan tersebut. 

"Terutama para generasi muda, yang kini cendrung memilih bekerja di sektor lain di luar pertanian," sambung Aris. 

Untuk mengantisipasi makin berkurangnya jumlah petani secara terus menerus, DPP Kulon Progo sedang menggencarkan program pelatihan dan pembinaan terkait pertanian. Sasaran kegiatan ini ialah generasi muda. Program bernama Petani Milenial itu diikuti oleh peserta dengan syarat usia 19-39 tahun.

Program tersebut diluncurkan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian pada pertengahan tahun ini. Dinas pertanian di seluruh Indonesia tak terkecuali Kulon Progo kemudian menerapkan program itu di daerahnya masing-masing dengan tujuan meregenerasi petani serta mendukung pemenuhan kebutuhan pangan lokal.

"Untuk Kulon Progo sudah diikuti oleh 24 peserta. Pelatihannya selama dua hari dilaksanakan pada September lalu," terang Aris.

Pelatihan ini, lanjut Aris, tak hanya sebatas pemberian materi, melainkan praktek langsung dengan metode yang lebih efisien. Para peserta juga diajak untuk mengenal lebih jauh alat-alat di sektor pertanian dan sebagainya.

Sumber