Bocah SD di Wates Racik Oplosan di Sekolah Saat Jam Belajar, di Minum Bareng Temannya

25 September 2019
Dibaca 217 Kali

Setelah aksi kekerasan antar siswa SMK di Kecamatan Temon, beberapa waktu lalu, kasus minuman oplosan memabukkan giliran terjadi di sekolah dasar.Kasus minuman memabukkan itu terjadi di sebuah SD di Wates.

 Dari informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, bocah kelas V sekolah tersebut, AR dan DN, meracik minuman memabukkan di tengah jam aktif belajar di belakang sekolah.

Oplosan itu dibuat dari minuman bersoda dicampur lotion anti nyamuk. Hal itu ketahuan ketika seorang siswa kelas IV, ARP, mengeluh mual dan pusing kepada orangtuanya sepulang sekolah.

 Bocah tersebut rupanya meminum racikan tersebut setelah ditawari si pembuat tanpa mengetahui kandungan di dalamnya.

 "Kejadiannya Rabu (18/9/2019) kemarin di jam istirahat kedua. Anak saya sehabis bermain ditawari minuman itu dan langsung diminum. Pulang sekolah langsung mengeluh sakit kepada ibunya," kata ayah ARP, WW kepada wartawan, Selasa (24/9/2019).

 Merasa curiga dengan keadaan anaknya, orangtua langsung berusaha menyelidiki penyebabnya.Keterangan didapat dari teman lainnya, ARP telah meminum hasil racikan AR.

Esoknya, kedua orangtua RP langsung mencari AR dan meminta keterangan darinya.Setelah didesak, AR mengakui perbuatannya dan mereka bertiga memang meminum ramuan tersebut.

 Dari keterangannya, AR diketahui sudah sering mengonsumsi minuman serupa sebelumnya setelah belajar cara meraciknya dari seorang kawan yang duduk di bangku SMP.

 Di hari itu juga, ARP dibawa orangtuanya ke rumah sakit karena kondisinya tak kunjung membaik.

 Hasil pemeriksaan dokter, ARP dinyatakan mengalami keracunan dan penurunan kadar protein dalam darah (Hemoglobin).Ia tidak bisa bersekolah hingga Jumat (20/9/2019).

Kejadian minuman racikan itu lalu dilaporkan kepada pihak sekolah dan ditemukan sisa minuman tersebut setelah AR didesak.

 Meski sudah dipertemukan dengan AR dan DN beserta orangtuanya, WW mengaku tidak puas karena sekolah terkesan menggampangkan dan menyepelekan kejadian itu.

Kepala sekolah dan guru justru bilang bahwa yang meminum bukan hanya anaknya dan tidak ada komitmen atau tindakan lain untuk mencegah terulang kembali.

"Ini jelas keteledoran dan saya bisa memaklumi. Tapi yang saya kecewa, sekolah tidak segera mengambil tindakan cepat. Ini hanya dianggap kejadian biasa. Padahal, ini kan perbuatan kriminal dan perlu dicegah," tutur WW.

Pasca kejadian itu, lanjut WW, sekolah berencana menggelar pertemuan dengan wali murid pada Selasa ini.Namun, pertemuan diundur hingga Jumat (27/9/2019) mendatang karena sekolah tengah berfokus menyelenggarakan ujian tengah semester (UTS) bagi siswanya.

ARP ketika ditanya soal kejadian itu mengaku tak tahu jika minuman ringan yang dikonsumsinya sudah dicampur dengan bahan lain.

Ia ditawari minuman itu di lapangan sekolah sehabis bermain bersama kawan yang lain dan langsung menenggaknya tanpa curiga.Ia meminum minuman tersebut sebanyak sepertiga botol.

 "Baru kali ini ditawari dan langsung saya minum. Ngga tahu ada campurannya. Saya ngga berpikiran apa-apa karena sudah sering main bareng mereka," kata ARP.

 Saat dikonfirmasi wartawan, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (DIsdikpora) Kulon Progo, Sumarsana mengaku belum mengetahui soal kejadian tersebut.Ia belum mendapatkan laporan dari jajarannya.

 Sementara itu, ketika wartawan mendatangi SD tersebut, sang Kepala Sekolah baru saja pulang dari kantor Disdikpora karena ada panggilan dari dinas yang diduga terkait kejadian tersebut.

Ia enggan berkata banyak dan cenderung menutup diri saat dikonfirmasi atas kejadian tersebut.

Ia hanya menyebut, peristiwa itu sudah diselesaikan melalui mediasi dan Disdikpora sudah mengetahui hal ini.

 IA bahkan mengaku tidak berani memberikan keterangan lebih detail karena khawatir melangkahi kewenangan dinas terkait.

 "Permasalahan ini sudah selesai dan sudah dimediasi untuk kedua belah pihak. Mohon maaf, tidak ada keterangan lain," kata kepala sekolah.


sumber : tribunnews.com