Pusat Rehabilitasi Satwa Liar WRC Yogya Terancam Tutup Gegara Pandemi

Kulon Progo -Dampak pandemi virus Corona (COVID-19) membuat pusat rehabilitasi satwa liar Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta kesulitan mencari sumber pendanaan. Kini, WRC terancam tutup total jika kondisi ini terus berlanjut.
Manajer Konservasi WRC Yogya Reza Dwi Kurniawan menjelaskan pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap semua sektor, termasuk sektor konservasi satwa liar. Bahkan, kata Reza, sejak awal pandemi WRC sudah mengalami kesulitan.
"Dampak yang sangat besar ini juga kami alami, yakni ketika sumber pendanaan utama kegiatan operasional yang berasal dari program relawan asing berbayar total terhenti akibat berbagai restriksi yang diberlakukan untuk mengurangi penyebaran virus," kata Reza saat ditemui di kantor WRC Yogya, Desa Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Senin (1/2/2021).
Reza mengatakan pada tahun lalu untuk memenuhi kebutuhan satwa pihaknya mendapatkan bantuan dari BKSDA Yogyakarta sebagai mitra dari WRC Yogya.
"Tahun lalu itu 2 kali dapat bantuan dari BKSDA Yogya. Kita juga dapat bantuan dari mitra yang lain," ungkapnya.
Hingga saat ini WRC Yogya merehabilitasi 152 individu satwa liar. Dengan jumlah tersebut, paling tidak membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 100 juta per bulan.
"Walaupun memang untuk operasional tidak cukup karena butuh Rp 100 juta per bulan. Namun demikian, melihat jumlah kasus COVID-19 yang masih terus meningkat dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera usai, WRC Yogya tetap berusaha untuk menjalankan kegiatan dengan dana dari proses penggalangan dana melalui berbagai cara," bebernya.
Menurutnya, untuk menyiasati membengkaknya biaya operasional pihaknya terpaksa melakukan pemotongan gaji karyawan sebesar 50 persen.
"Jadi setelah kita berdiskusi dengan teman yayasan mulai Februari ini kita kurangi gaji untuk pekerja 50 persen. Sebenarnya kita juga bimbang melakukan itu, karena rehabilitasi menyelamatkan satwa tapi kita tak boleh melupakan pekerja," sebutnya.
"Sistem perawatan dan rehabilitasi satwa tidak berubah, tidak menurunkan standar konservasinya," sambung Reza.
Reza meyebut soal pakan untuk satwa pihaknya bekerjasama dengan salah satu supermarket di Yogya.
"Jadi kami mengambil buah dan sayur yang tidak layak jual kita sortir lagi di sini, kita bersihkan kemudian kita beri ke satwa," paparnya.
Menurut Reza, jika kondisi ini terus berlanjut bukan tidak mungkin kegiatan operasional akan terhambat. Bahkan berhenti total.
"Kita berharapnya vaksin sudah ada lalu imigrasi membuka akses agar relawan luar negeri berbayar bisa masuk, karena memang itu sumber pendanaan utama. Kami ini sudah dalam kondisi kritis, di ujung tanduk," keluhnya.
Kendati demikian, kondisi krisis ini tak lantas membuat WRC Yogya putus asa dalam menjalankan misinya untuk merehabilitasi dan melepasliarkan kembali satwa liar.
"Di tahun 2020, WRC Yogya bersama dengan BKSDA Yogyakarta berhasil melepasliarkan 17 individu satwa liar kembali ke alamnya. Beberapa kegiatan lain seperti pendidikan konservasi juga dilaksanakan, meskipun hanya bisa melalui daring," pungkasnya.
sumber : detik.com

Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin