Cegah Stunting dan Autisme, Kontrasepsi Itu Penting Atur Jarak Kehamilan
Angka stunting yang masih tinggi yaitu di angka 27,67 persen menunjukkan bahwa generasi kita sepertiganya masih belum berkualitas dengan baik.
“Perlu kami sampaikan disini bahwa stunting itu punya 3 konsekuensi, konsekuensi yang pertama adalah postur tubuhnya jadi tidak memenuhi syarat untuk bersaing, semua stunting pendek tetapi orang pendek belum tentu stunting,” demikian diungkapkan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada acara Puncak Kegiatan Pencanangan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Bersama Mitra Kerja Tahun 2021 dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh setiap tanggal 26 September yang diselenggarakan secara virtual dan luring di Auditorium BKKBN, Jakarta (27/09/2021).
Kedua, orang stunting ini intelektualnya tidak bisa mencapai optimal sehingga untuk bersaing menjadikan orang yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang tinggi agak kurang.
“Pada hari tuanya usia 45 tahun keatas mudah sakit-sakitan, sakitnya bisa gangguan metabolisme seperti kencing manis atau bisa juga gangguan kardiovaskuler seperti tekanan darah tinggi, stroke, kemudian serangan jantung. Itulah orang stunting, masa kecilnya tidak bisa bersaing masa tuanya cepat tidak produktif karena kemudian tidak sehat,” terang Kepala BKKBN Hasto Wardoyo .
“Mencegah stunting itu penting untuk Sumber Daya Manusia (SDM) kita biar unggul, jujur kalau saya ditanya apa nilai tukarnya Sumber Daya Alam (SDA), ketika SDA diambil sehingga akhirnya habis maka satu-satunya nilai tukar yang nilainya sama adalah kualitas SDM karena suatu wilayah tetap akan bisa hebat dan kaya meskipun SDA nya sudah habis kalau SDM nya unggul. Ini jelas kita lihat di beberapa negara tidak punya SDA tetapi SDM nya unggul tetap hebat dan sukses, yang punya SDA tapi SDM nya tidak unggul malah justru tidak hebat,” tambah dr. Hasto.
“Ada satu kunci yang perlu kita ketahui bersama bahwa jarak antara hamil yang satu dengan hamil yang berikutnya kemudian jarak antara melahirkan satu dengan melahirkan berikutnya sangat berkorelasi dengan stunting dan sangat berkolerasi dengan autism. Oleh karena itu sudah jelas bahwa kalau habis melahirkan tidak memakai kontrasepsi kemudian nanti hamil lagi jaraknya kurang dari 2 tahun maka peluang untuk terjadi stunting cukup besar, peluang untuk menjadi autisme sangat besar, peluang untuk anaknya menjadi mental emotional disorder cukup besar. Inilah sebab kenapa kontrasepsi menjadi penting, jarak kelahiran menjadi penting dalam rangka untuk melahirkan generasi yang unggul bebas dari stunting,” imbuh dr. Hasto.
“Program stunting ini kemudian kita kuatkan dengan PKK kemudian juga dengan Kepala Daerah kemudian juga dengan organisasi profesi sebagai pendamping keluarga ditengah-tengah masyarakat. Saya akan mendukung sepenuhnya kepada para Gubernur dan BKKBN menyediakan anggaran melalui DAK, BOKB maupun DAK fisik yang langsung kita berikan ke daerah-daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina menjelaskan pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Bersama Mitra Kerja Tahun 2021 ini dilakukan, “Pada tahun ini kami juga sedang memulai dan akan kita launching gerakan rumah sakit pelayanan Keluarga Berencana (GEMA KENCANA), agar masyakarakat dapat mengakses terkait fasilitas kesehatan. Pada tahun 2020 yang lalu meskipun kita sudah berupaya meningkatkan capaian modern kontrasepsi, target kita 61,7% akan tetapi tingkat keberhasilannya 59,7% patut kita syukuri capaian keberhasilannya sudah meningkat dari tahun sebelumnya. Tahun ini kita berharap kita bisa mencapai target untuk 2024 yakni menjadi 63,4%”.
Hal-hal pelayanan KB bersama mitra 2021, kegiatan yg mencakup beberapa rangkaian kegiatan secara berkesinambungan di mulai dari tanggal 26 September 2021 – 30 November 2021.
“Rangkaian kegiatan ini bertujuan pastinya meningkataan keikutsertaan program KB serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai program KB dengan stakeholder, provider, mitra kerja, meningkatkan kemitraan pada usia subur dimasa pandemik, meningkatkan komitmen dan stakeholder, meningkatkan dukungan pemerintah daerah, meningkatkan realisasi target aseptor, serta meningkatkan upaya BKKBN provinsi untuk terus bersinergi terkait program KB ini,” jelas Eni.
Pada kesempatan yang sama Bupati Bima Nusa Tenggara Barat Indah Dhamayanti Putri mengucapkan terima kasih kepada Kepala BKKBN beserta jajarannya atas penghargaan akseptor KB yang diterima oleh Kabupaten Bima-NTB. “Suatu kebanggaan dan kehormatan bagi kami khususnya pemerintah Kabupaten Bima NTB, hari ini bisa menerima secara langsung penghargaan aseptor KB pada tahun 2021 ini, sedikit kami memberikan apresiasi dan rasa bangga kami khususnya kepada BKKBN Pusat tentunya KB adalah salah satu program yang sukses bagi Indonesia dan pernah menjadi contoh bagi negara-negara lain khususnya di Asia. Tetapi tentunya dengan berjalannya waktu di masing-masing daerah memiliki hambatan dan kendala. Oleh karena itu sukses yang diraih oleh Kabupaten Kota dan Provinsi di Indonesia tidak lepas dari support dan pendanaan yang diberikan khususnya bagi sejumlah PLKB kami kemudian PPKBD kami SUB PPKBD dan mitra kerja kami yaitu para bidan koordinator yang ada dimasing-masing Fasilitas Kesehatan di masing-masing kecamatan,” ucap Indah.(Ati)
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin