Panjidur Sri Mahardika Sendangsari turut serta dalam Pentas Desa Budaya

08 Mei 2023
IDI
Dibaca 60 Kali

Sendangsari – Kesenian Panjidor Putri Sri Mahardika ikut serta dalam Pentas Desa Budaya di Yogyakarta International Airport pada Minggu (07/05).

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY kembali menggelar event Pentas Desa Budaya di bulan Mei ini yang ada setiap hari Sabtu dan Minggu, Kalurahan Sendangsari mendapatkan kesempatan pada minggu pertama bulan Mei bersama 7 Desa Budaya lain dari Kabupaten Kulon Progo. Salah satu kegiatan pengenalan desa budaya yang ada di DIY kepada pengunjung bandara baik luar daerah maupun mancanegara. Event ini merupakan event yang di danai oleh Dana Keistimewaan.

Sebelum melalakukan pentas, para seniman dan seniwati diarak terlebih dahulu dan mementaskan 4 desa budaya di Lantai 1, kemudian dilanjutkan berjalan menuju lantai 3 dan kembali menampilkan 4 desa budaya yang berbeda. Setelah pementasan telah usai. Para seniman dan seniwati melakukan Flasmob dengan dipimpin oleh salah satu dari Desa Budaya. Para penari Panjidur Putri Sri Mahardika juga turut serta dalam Flashmob tersebut.

Kesenian Panjidur Putri Sri Mahardika berasal dari Desa Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Kesenian tradisional yang mengambarkan remaja wanita yang berlatih perang beserta aktivitas sehari-hari lainnya seperti beribadah, bertani, dan aktivitas lain yang dilakukan di perdesaan. Iringan musiknya cukup sederhana di antaranya adalah drum, rebana dan gong suwukan, dikolaborasikan dengan syair dan sholawat yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran agama, dan seiring berjalan waktu bergeser menjadi hiburan.

Adapun kelengkapan kostum seperti baju beserta celana yang di rangkap jarik, kemudian di beri sabuk dan selempang. Kelengkapan aksesoris tangan seperti gelang dan kaos tangan, kelengkapan akesesoris kaki yakni kaos kaki dan sandal tali. Serta aksesoris yang di kenakan di kepala yakni topi. Untuk senjata, prajurit membawa senapan yang terbuat dari kayu yang seolah-olah untuk menembak.

Sebelum melaksanakan pentas, tentunya remaja-remaja putri beserta penabuh melakukan latihan yang berlangsung kurang lebih lima belas kali pertemuan, yang sebagian pelaksanaan latihannya pada bulan puasa. Yang kemudian ditutup dengan gladi resik di Sanggar Among Lare dengan dihadiri oleh Lurah, Carik, dan Kamituwo serta sebagian pamong di Kalurahan Sendangsari. (IDI)