Nguri-uri Wiwitan, Merti Padukuhan Pereng Dibanjiri Warga
SENDANGSARI – Padukuhan Pereng menggelar Merti Padukuhan dengan melaksanakan Upacara Adat “Wiwitan” yang dipusatkan di Sanggar Among Lare pada hari Minggu (30/7), dengan mengusung tema Nyawiji Dadi Siji Gemah Ripah Loh Jinawi.
Tradisi Wiwitan dilakukan oleh para petani dengan tujuan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah dan permohonan diberikan hasil yang lebih pada musim tanam berikutnya. Wiwitan berasal dari kata wiwit dalam Bahasa jawa berarti mulai. Karena wiwit adalah simbol memulai panen padi.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan DPRD Kabupaten Kulon Progo, Kundha Kabudayan Kabupaten Kulon Progo, BPP Pengasih, Forkompinkap Pengasih, Lurah beserta pamong, BPK , Ketua TP PKK Sendangsari, BUMDes Sendang Artha, Ketua Desa Budaya, Ketua Pokdarwis, Kepala Sekolah TK Al Hidayah, Kepala Sekolah SD Widoro, Gapoktan, P3A, Kaum Rois, RT, RW, Karang Taruna Padukuhan, tokoh masyarakat dan ratusan warga.
Prosesi Upacara Adat ini diawali dengan adanya Kirab Bregodo Temu Kuning, mengawal dua buah gunungan yaitu Gunungan Hasil Bumi dan Gunungan Padi. Kedua gunungan dikirab dari RT 36 menuju Joglo Among Lare dengan diikuti oleh warga dan para petani.
Wahyudi, Dukuh Pereng menyampaikan bahwa kegiatan Wiwitan ini dalam rangka melestarikan adat dan tradisi yang sudah menjadi agenda rutin di Padukuhan Pereng sebelum memulai panen padi.
“Ini adalah acara Merti Padukuhan Pereng dengan nguri-nguri Adat Tradisi Wiwitan. Rangkaian dari petani sebelum memetik padi diadakan tradisi wiwitan sebagai sarana dalam miwiti memetik padi.” tuturnya.
“Itu ada itungannya, hari ini adalah Minggu Paing, jumlah 14, jadi nanti mengambil wiwitan temantennya sejumlah 14. Jadi ada itungan jawa untuk menentukan hari baik untuk miwiti panen ini.” imbuhnya.
Wiwitan kali ini dimeriahkan dengan berbagai penampilan yaitu Tari Angguk dan Jathilan dari anak-anak PAUD, Tari Dolanan Anak dan Angguk dari anak-anak SD Widoro, Tari Gugur Gunung dari ibu-ibu Tani, dan Sendra Tari Dewi Sri.
Proses Wiwitan diawali Ki Juru Tani setempat meletakkan sesaji di lahan sawah yang akan dipanen, lalu memotong batang tanaman padi Jantan dan betina, kemudian kedua batang padi tersebut disatukan dan dibawa ke lokasi upacara Merti Padukuhan.
Sesampai di lokasi upacara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama (Umbul Donga) dan dilanjutkan makan bersama (Kembul Sewu Dulur) dengan warga dan para tamu undangan.
Upacara Adat Wiwitan ini diakhiri dengan Rebutan Gunungan Hasil Bumi (Rencak Gunungan) sebagai simbol rasa syukur masyarakat atas berkah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dengan adanya hasil panen yang melimpah.
“Harapan kami kedepan, Budaya Wiwitan ini tetap dilestarikan, diuri-uri, jangan sampai hilang dimakan zaman.” Kata Suhardi, Lurah Sendangsari saat ditemui di lokasi.
(ipg)
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin