Sendangsari-- Bulan Sya'ban atau lebih sering dikenal dengan nama Bulan Ruwah oleh masyarakat Jawa, merupakan salah satu bulan mulia bagi umat Islam. Bagi masyarakat Jawa, banyak kegiatan diadakan di Bulan Ruwah ini yang selain memiliki nilai budaya, juga mengandung nilai keagamaan. Kegiatan yang dilakukan turun temurun itu diantaranya adalah tradisi "nyekar" dan tradisi "Nyadran" atau "Kepungan".
Nyekar adalah mengunjungi makam keluarga dan saudara untuk mengirim doa. Sedangkan Nyadran atau Kepungan adalah tradisi berkumpulnya warga dalam satu wilayah untuk berdoa bersama yang kemudian ditutup dengan makan bersama.
Tradisi Nyadran selalu identik dengan "Tenong" yakni wadah yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk membawa nasi, lauk dan sayur serta ingkung ayam kampung yang dibawa warga saat menghadiri acara nyadran. Ciri khas lain dari Nyadran adalah kue apem yang menjadi makanan wajib ruwahan.
Di Padukuhan Paingan sendiri sudah menjadi agenda tahunan dalam mengadakan Ruwahan atau Nyadran Bareng. Disebut Nyadran Bareng karena acara tersebut diselenggarakan ditingkat padukuhan dengan berpusat di Makam Tengah RT 09 Padukuhan Paingan.
Nyadran Bareng yang bersamaan dengan Haul Cikal Bakal dan Merti Padukuhan Paingan dilaksanakan pada Sabtu, 2 Maret 2024 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ruwah/ Sya'ban 1445 H. Dalam acara tersebut dihadiri hampir sekitar 600 orang warga Padukuhan Paingan, laki-laki dan perempuan.
Acara Ruwahan di Padukuhan Paingan ini ditelah dimulai sejak Jumat siang, 1 Maret 2024 dengan rangkaian acara nyekar di makam-makam sesepuh yakni Mbah Gebel, Mbah Kebo Kuning, Pangeran Sumedang, Mbah Putu, dan makam Mbah Kanigoro.
Pada Jumat malam pula dilaksanakan Muqoddaman atau membaca Ayat-ayat suci Al Quran hingga Khatam. Peserta Muqoddaman adalah perwakilan 5 hingga 10 orang dari 4 masjid yang ada di Padukuhan Paingan.
Sebagai puncak acara Ruwahan, yakni Nyadran Bareng, semua peserta berkumpul di Pendopo Makam Tengah untuk berdoa bersama untuk arwah keluarga yang telah meninggal.
Hadir dalam acara tersebut Lurah Sendangsari - Suhardi beserta seluruh jajaran Pamong Kalurahan,perwakilan Kapanewon Pengasih dan perwakilan dari Kundha Kabudayan Kabupaten Kulon Progo. Ditunjuk sebagai pemimpin doa, yakni Kyai Abdullah Salam dari Pondok Pesantren Nurul Dholam Pengasih.
Rangkaian acara yang diawali dengan sambutan-sambutan, doa bersama serta sedikit tausiyah dari Kyai Abdullah Salam tentang makna dari acara Nyadran yang memadukan antara tradisi dan keagamaan yang sangat baik untuk selalu dilestarikan tersebut diakhiri dengan kembul bujana atau makan bersama.
Jumlah peserta yang diluar perkiraan membuktikan bahwa antusias warga Padukuhan Paingan sangat tinggi untuk terus melestarikan tradisi.
"Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh warga Paingan yang sangat antusias dalam mengikuti acara Nyadran Bareng kali ini. Awalnya saya perkirakan sekitar 500 orang, namun ternyata yang datang sekitar 600 an orang. Para remaja dan pemuda Paingan yang terlibat membuktikan bahwa mereka juga mencintai tradisi ini." Tutur Maryadi-Dukuh Paingan. (ern)
